Senin, 23 Januari 2012

Laporan Praktikum Genetika

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA
Persilangan Gen Terpaut Seks



I. TUJUAN
Mengetahui berapa ratio fenotip yang dihasilkan pada persilangan antar individu yang memiliki gen terpaut seks pada Drosophila.

II. TINJAUAN PUSTAKA
Sifat keturunan atau kejadian yang diterangkan di muka itu ditentukan oleh gen yang terdapat pada autosom. Mempelajari menurunnya warna bunga atau sifat albino pada manusia, keturunan F1 maupun F2 tidak pernah disebut jenis kelaminnya. Terdapat juga gen- gen yang terdapat pada kromosom kelamin. Gen ini disebut gen- gen terangkai kelamin. Peristiwanya disebut rangkai kelamin atau dalam bahasa inggrisnya “sex linkage”.(Suryo, 1994).
Alel- alel dari gen- gen yang berbeda terletak pada satu kromosom yang sama tidak mengikuti hokum Mendel 2 tentang pemisahan secara bebas. Sehingga gen- gen tersebut mengalami tautan terlebih gen- gen yang berbeda, akan tetapi letaknya berdekatan seingga dipindahkan secara bersama- sama.
1. Tautan
Tautan ini dapat terjadi pada kromosom tubuh ataupun pada kromosom kelamin.Tautan yang terjadi pada kromosom tubuh disebut tautan atau tautan non kelamin (tautan autosomal). Sedangkan pada tautan kelamin disebut tautan seks.
Tautan autosomal
Tautan autosomal adalah gen- gen yang terletak pada kromosom yang sama, sehingga tidak dapat bersegregasi secara bebas dan cenderung diturunkan bersama. Penelitian ini dilakukan oleh Thomas Hunt Morgan. Penelitian ini menggunakan lalat. Kerena lalat mudah berkembang biak dan disamping itu lalat mempunyai empat pasang kromosom. Tiga pasang kromosom autosom dan satu pasang kromosom seks. Drosophila betina mempunyai kromosom X yang homolog, sedangkan Drosophila jantan mempunyai satu kromosom X dan satu kromosom Y.
Tautan kelamin
Gen tertaut kelamin merupakan gen yang terletak pada kromosom kelamin dan sifat yang ditimbulkan gen pada kromosom ini diturunkan bersama- sama dengan jenis kelamin. Kromosom kelamin terdiri dari kromosom X dan Y. Pada perempuan kromosomnya XX sedangkan pada laki- laki XY. Terdapat dua jenis gen tertaut kelamin, yaitu gen tertaut kelamin tidak sempurna dan gen tertaut kelamin sempurna. Gen tertaut kelamin tidak sempurna adalah gen yang terletak pada bagian homolog. Sedangkan gen tertaut kelamin sempurna adalah gen- gen yang terletak pada bagian yang tidak homolog.
a. Gen tertaut kromosom X
Gen tertaut kromosom X adalah gen yang terdapat pada kromosom X. Gen ini merupakan gen yang tertaut kelamin tidak sempurna. Perempuan memiliki susunan kromosom kelamin XX, terdapat sepasang kromosom seks yang benar- benar homolog. Hal ini menjadikan hokum dominansi dan resesif bagi sifat- sifat yang ditentukan oleh gen- gen tertaut kromosom X pada perempuan sama seperti tautan pada sifat- sifat yang ditentukan oleh gen- gen autosom. Jadi, tidak heran jika sifat- sifat tersebut lebih sering diekspresikan pada laki- laki. Contohnya pada penyakit buta warna dan hemophilia.
b. Gen terpaut kromosom Y
Gen tertaut kromosom Y adalah gen tertaut kelamin sempurna. Pada gen tertaut kromosom ini disebut holandrik, berarti sifat yang diturunkan hanya terdapat pada laki- laki saja. Organism yang memiliki kromosom XY, sebagian besar kromosom Y tidak mempunyai homolog pada kromosom X. Dan juga pada kromosom Y sangat langka. Walaupun ada gen pada kromosom Y tersebut akan diwariskan dari ayah kepada semua anak laki- lakinya, akan tetapi tidak akan diwariskan pada anak perempuannya. Contohnya pada hyipertrichosis (pertumbuhan rambut pada telinga) dan keratoma dissipatum (penebalan kulit pada tangan dan kaki). (Aryulina, Diah………, 2005)
2. Pindah silang (Crossing Over)
Pindah silang adalah pertukaran bagian kromosom satu dengan bagian kromosom lainnya, baik kromosom yang homolog maupun dengan kromosom yang berbeda. Makin panjang kromosom makin banyak kemungkinan terjadinya pindah silang. (Wijaya, Hendra, 1987).
Seperti yang telah dibahas bahwa kromosom kelamin (gonosom) pada individu jantan pada umumnya kromosom XY, dan sekitar 1/3 bagian kromosom X adalah kromosom nonhomolog. Berarti jika pada 1/3 kromosom X, nonhomolog itu terdapat gen penyakit, maka tidak ada gen pasangannya yang berfungsi sebagai alel gen tersebut. Kelemahannya tidak dapat ditutupi oleh alel pasangannya. Contoh penyakit yang disebabkan oleh gen pautan seks,yaitu:
1) Hemofilia
Hemophilia adalah penyakit yang mengakibatkan darah sukar membeku. Sehingga jika terjadi luka kecil maka akan menyebabkan kematian. Karena penderita tidak bisa membentuk atau memproduksi factor pembeku. Gen pembentuk factor pembeku adalah pada kromosom nonhomolog. Gen yang bersifat dominan diberi symbol “H (mampu memproduksi factor pembeku darah)” sedangkan resesif “h (tidak dapat memproduksi factor pembeku darah)”. Pada wanita mempunyai alel pasangannya dan pada pria tidak. Sehingga pengaruh gen h pada wanita ditutup oleh pasangannya, yaitu gen H yang normal sedang pada pria tidak. Dan menjadikan penyakit Hemofilia lebih banyak diderita oleh kaum pria daripada wanita.
2) Buta warna
Gen pada penderita buta warna terdapat pada kromosom X nonhomolog dan bersifat resesif. Pada wanita heterozigot, fenotipenya normal menikah dengan pria normal, maka mempunyai ketutunan ½ dari anak laki- lakinya akan menderita buta warna. Dan penyakit ini lebih banyak diderita oleh pria. (Syamsuri, 2004)


Persilangan dengan gen resesif
Mutan betina disilangkan dengan jantan normal, hasilnaya semua generasi F1-nya untuk yang betina mempunyai fenotipe normal sedangkan untuk yang jantan memunyai fenotipe mutan. Sedangkan F2-nya mempunyai genotip 50% nomal dan 50% mutan. Jika mutan jantan disilankan dengan betina normal maka fenotipenya normal. Keturunan berikutnya semua betina mempunyai fenotipe normal, sedang pada jantan 50% normal dan 50% mutan.
Persilangan dengan gen dominan
Jika mutan betina dulu, maka semua F1-nya mempunyai fenotipe induk betina. Generasi berikutnya semua bergenotipe mutan, dan pada jantannya 50% mutan dan 50% normal. Dan jika mutan jantan yang dijadikan sebagai induk penyilangan, maka semua keturunan F1 betina akan berfenotipe mutan, sedangkan pada jantan maka akan berfenotipe normal. Generasi berikutnya akan diperoleh keturunan betina maupun jantan 50% berfenotipe mutan dan 50% berfenotipe normal.

III. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA
ALAT
1. Cawan petri berisi kain kasa sebagai alat bius kembali
2. Kuas kecil
3. Bantalan karet (Styrofoam)
4. Pipet
5. Lup
6. Botol pembunuh berisi detergen
7. Botol eterisasi
8. Kapas
BAHAN
1. Stok Drosophila melanogaster
2. Eter
CARA KERJA
1. Mengambil stok Drosophila melanogaster, cawan petri,kuas kecil, bantalan Styrofoam, lup pada asisten
2. Memegang botol yang ada lalatnya ke salah satu tangan sebelah kanan, yang tangan kiri memegang botol eterisasi
3. Menyentakan botol yang ada lalatnya, setelah turun pasang botol eterisasi ke ujung botol yang ada lalatnya
4. Setelah berpindah lalatnya ke botol eterisasi maka tutup botol stok dan tutup juga botol eterisasi
5. Meletakan botol eterisasi, teteskan 3- 4 tetes eter, tunggu sampai pingsan lalatnya
6. Setelah pingsan lalatnya tuangkan ke cawan petri
7. Kemudian melakukan pemilihan, untuk mengetahui parentalnya dengan kuas kecil
8. Pada lalat yang sudah tidak terpakai lagi dibuang ke air sabun.

IV. HASIL PRAKTIKUM
Menentukan mutan pada Drosophila no.16
1. Parental ♂ Normal dan ♀ White
Jumlah lalat ♂ normal = 48 ekor
Jumlah lalat ♀ normal = 143 ekor
Jumlah lalat ♂ white = 86 ekor
Jumlah lalat ♀ white = 4 ekor
Diagram persilangan mulai dari parental F1 dan F2
♂ normal >< ♀ white P= >< + w w G= + w F1= , + w w F2= + w w F2= = ♀ normal = ♂ normal + w + = ♀ white = ♂ white w w w Perbandingan dengan menggunakan teknik chi- kuadrat (x2) ♂ Normal ♀ Normal ♂ white ♀ white Jumlah Jumlah individu yang diamati (ft) 48 143 86 4 281 Jumlah individu yang diharapkan (Ft) 14x 281=70,25 14x 281=70,25 14x 281=70,25 14x 281=70,25 281 Derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 4 – 1 = 3 Tabel chi- kuadrat dengan derajat kebebasan 3 adalah 7,815 x2=∑(ft-Ft)2Ft =(48-70,25)270,25+(143-70,25)270,25+(86-70,25)270,25+(4-70,25)270,25 =495,0625+5292,5625+248,0625+4389,062570,25 =10424,7570,25 x2=148,3950178 Pada perbandingan menggunaka teknik chi- kuadrat ini pada Drosophila normal dan white antara individu yang diamati dengan yang diharapkan, dengan ketentuan: X chi yang diamati > X2 tabel = H0 ditolak
X chi yang diamati < X2 tabel = H0 diterima
Sehingga hasil yang diamati lebih kecil dibandingkan dengan tabel, maka menolak hipotesis nol.

V. PEMBAHASAN
Dalam hasil praktikum atau percobaan ini memperoleh mutan pada Drosophila no.16. Dengan parental ♂ normal dan ♀ white yaitu dengan jumlah lalat ♂ normal = 48 ekor, lalat ♀ normal = 143 ekor, lalat ♂ white = 86 ekor, dan lalat ♀ white = 4 ekor. Sehingga akan diperoleh fenotipe ♀ normal, ♂ white dan pada fenotipe keduanya diperoleh 1= ♀ normal, 1=♀ white, 1= ♂ normal, 1= ♂ white, sehingga perbandingannya 1 : 1 : 1 : 1.
Akan tetapi praktikum atau percobaan kali ini belum akurat, seharusnya mutan pada botol no.16 ini mempunyai parental ♂ white dan ♀ normal. Jadi persilangan mulai dari parental F1 dan F2 perbandingan fenotipenya adalah 3 : 1.
Seperti menurut buku penuntun praktikum genetika, Sisunandar, 2011 : 34 “ pada saat Morgan melakukan pengawinan terhadap lalat buah jantan bermata putih dengan lalat buah betina bermata normal. Dia memperleh semua lalat F1 baik jantan ataupun betina bermata normal. Dan saat F1 dikawinkan, maka diperoleh F2 yang menghasilkan perbandingan yang menyimpang, yaitu dari seluruh F2 didapat ¾ bermata nrmal, dan ¼ bermata putih. Kecuali itu, lalat betina bermata normal dan sedangkan pada jantan setengahnya bermata normal dan setengah putih”.
Hasil persilangan terpaut seks sangatlah tergantung pada fenotipenya pada setiap jenis kelamin parentalnya. Hal ini bisa terjadi karena betimna mempunyai dua kromosom seks atu kromosom X, sedangkan pada jantan hanya kromosom X saja.
Kesalahan ini terjadi karena kekurang telitian praktikan dalam melakukan praktikum, sehingga memperoleh hasil yang kurang akurat dengan data percobaan yang dilakukan oleg Morgan. Yang seharusnya perbandingan fenotipenya 3 : 1, tapi pada percobaan ini perbandingan yang diperoleh adalah 1 : 1 : 1 : 1. Dengan memperoleh perbandingan 1 : 1 : 1 :1 ini diperoleh dari ♂ normal dengan ♀ white.


VI. KESIMPULAN
Tautan dapat terjadi pada kromosom tubuh ataupun pada kromosom kelamin. Tautan yang terjadi pada kromosom tubuh disebut tautan atau tautan non kelamin (tautan autosomal). Sedangkan pada tautan kelamin disebut tautan seks.
Tautan autosomal adalah gen- gen yang terletak pada kromosom yang sama, sehingga tidak dapat bersegregasi secara bebas dan cenderung diturunkan bersama.
Gen tertaut kelamin merupakan gen yang terletak pada kromosom kelamin dan sifat yang ditimbulkan gen pada kromosom ini diturunkan bersama- sama dengan jenis kelamin.
Gen tertaut kromosom X adalah gen yang terdapat pada kromosom X. Gen ini merupakan gen yang tertaut kelamin tidak sempurna.
Gen tertaut kromosom Y adalah gen tertaut kelamin sempurna.
Parental ♂ white dan ♀ normal. Jadi persilangan mulai dari parental F1 dan F2 perbandingan fenotipenya adalah 3 : 1.
Hasil persilangan terpaut seks sangatlah tergantung pada fenotipenya pada setiap jenis kelamin parentalnya. Hal ini bisa terjadi karena betimna mempunyai dua kromosom seks atu kromosom X, sedangkan pada jantan hanya kromosom X saja.
Kesalahan dalam praktik tidak bisa dihindari karena kekurang telitian praktikan yang menjadikan hasil tidak akurat atau sesuai.










DAFTAR PUSTAKA

Aryulina, Diah, Muslim, Choirul, Manaf, Syalfinaf, Winarni, Endang Widi. 2005. Biologi SMA Untuk Kelas XII. Jakarta : Esis
Sisunandar, Ph.D.2011.Penuntun Praktikum genetika.Purwokerto : UMP
Suryo, 1994. Genetika Strata 1. Yogyakarta: Gadjah Mada
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi 3A Untuk Kelas XII Semester 1. Malang : Erlangga
Wijaya, Hendra. 1987. Penuntun Biologi Untuk SMA Kelas III A2. Bandung : CV Poinir Jaya Bandung