Kamis, 28 Maret 2013

• BADAK SUMATERA (Dicerorhinus sumatrensis)



A.                Pendahuluan
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang sepatutnya harus bersyukur, mengapa ?? Jawabannya ialah karena bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang telah dikaruniai wilayah yang memiliki keindahan alam yang luar biasa dan kekayaan kehidupan fauna (satwa) dan flora (tumbuhan) yang beraneka ragam dan khas. Bahkan dapat dikatakan sangat beruntung, karena telah dipilih dan dikaruniai Tuhan Semesta Alam dengan beberapa jenis satwa dan tumbuhan yang langka dan hanya dapat dijumpai di Indonesia. Dalam kehidupan satwa misalnya, Indonesia adalah negara dan bangsa yang satu-satunya yang memiliki jenis Badak terlengkap dimana dari 5 (lima) jenis yang tersisa di dunia, Indonesia memiliki dua jenis badak yaitu badak bercula satu ( badak jawa) dan badak bercula dua (badak sumatera). Sedangkan Benua Afrika yang luaspun, walau memiliki dua jenis badak (badak hitam dan badak putih) keduanya bercula dua dan India hanya memiliki badak bercula satu (badak india). Badak sumatera sebagai salah satu kekayaan yang dititipkan kepada kita semua untuk dapat mensyukuri nikmatNya dan turut serta melestarikannya.
B.                 Foto
 

A.                Klasifikasi

Kingdom         : Animalia
Filum               : Chordata
Kelas               : Mammalia
Ordo                : Perissodactyla
Family             : Rhinocerotidae
Genus              : Dicerorhinus
Spesies            : Dicerorhinus sumatrensis

B.           Identifikasi
Ciri-ciri yang khas dari Badak Sumatera adalah antara lain mempunyai bibir atas lengkung-mengait kebawah (hooked upped), bercula 2 (dua), warna kulit coklat kemerahan serta lipatan kulit hanya terdapat pada pangkal bahu, kaki depan mupun kaki belakang, Kekhasan yang menonjol dari rhino sumatera daripada jenis rhino lainnya adalah kulitnya yang berambut. Waktu bayi seluruh kulit badannya ditutupi rambut yang lebat (gondrong) dan semakin jarang seiring dengan bertambahnya usia. Namun kekhasan lain dari bulu rhino ini adalah rambutnya akan menjadi tumbuh lebat bila hidup dan berada di daerah yang dingin, sedangkan di daerah yang panas menjadi pendek. Sebagaimana rhino jawa, rhino sumatera lebih banyak hidup dan tinggal dalam hutan.
Berdasarkan penampilan bentuk tubuh dan rupa (morfologi)nya, badak Sumatera adalah sebagai berikut :

a.             Tinggi badak sumatera diukur dari telapak kaki sampai bahu antara 120-135 cm, panjang dari mulut sampai pangkal ekor antara 240-270 cm.
b.            Berat tubuhnya dapat mencapai 909 kg.
c.             Tubuhnya tidak berambut kecuali dibagian telinga dan ekornya.
d.            Tubuhnya gemuk dan agak bulat, kulitnya licin dan berambut jarang, menarik perhatian dengan adanya dua lipatan kulit yang besar.
e.             Lipatan pertama melingkari pada paha diantara kaki depan, dan lipatan kedua di atas abdomen dan bagian lateral.
f.             Di atas tubuhnya tidak ada lipatan, jadi lipatan kulit tampak nyata dekat kaki belakang dan lipatan bagian depan dekat kedua culanya.
g.            Cula bagian depan (anterior) di atas ujung dari moncongnya jauh lebih besar dari cula bagian belakang (pasterior).
h.            Badak sumatera merupakan badak terkecil dan jenis yang paling primitif dari kelima jenis badak yang masih hidup di dunia.
C.          Determinasi
Habitat (tempat hidup) badak sumatera adalah pada daerah tergenang diatas permukaan laut sampai daerah pegunungan yang tinggi (dapat juga mencapai ketinggian lebih dari 2000 meter di atas permukaan laut). Tempat hidup yang penting bagi dirinya adalah cukup makanan, air, tempat berteduh dan lebih menyukai hutan lebat. Pada cuaca yang cerah sering turun ke daerah dataran rendah, untuk mencari tempat yang kering. Pada cuaca panas ditemukan berada di hutan-hutan di atas bukit dekat air terjun. Senang makan di daerah hutan sekunder. Habitat badak sumatera di Gunung Leuser, terbatas pada hutan-hutan primer pada ketinggian antara 1000-2000 meter diatas permukaan laut.
Badak sumatera merupakan satwa liar yang senang berjalan. Dalam satu harinya, badak ini dapat menempuh perjalanan sejauh 12 (dua belas) kilometer dalam waktu 20 (dua puluh) jam. Separuh jarak tersebut dilakukan pada malam hari untuk mencari makan, sedangkan aktifitas di siang hari lebih ditujukan untuk mencari atau menuju ketempat berkubang atau berendam di sungai-sungai kecil atau rawa-rawa dangkal.
Badak sumatera dewasa dengan berat 800 (delapan ratus) kilogram, mengkonsumsi rata-rata 50 (lima puluh) kilogram dedaunan dan pepucukan tanaman yang berasal dari pohon-pohon muda, rerantingan dan cecabangan pohon yang rendah atau dari semak belukar yang lebat. Jenis badak ini kadang-kadang memakan batang dari tanaman jahe, rotan dan palem. Untuk memperoleh makanan sebanyak tersebut diatas, seekor rhino sumatera memerlukan areal hutan dan semak belukar seluas 5 (lima) sampai 6 (enam) hektar. Dan untuk seekor rhino.
Pada kehidupan awalnya, rhino sumatera memiliki daerah penyebaran yang cukup luas, yaitu meliputi Kalimantan, Sumatera, Semenanjung Malaysia, Burma, Kambodya sampai dengan Vietnam. Namun akibat perburuan yang berlangsung terus menerus sejak masa lalu hingga sekarang, maka penyebaran di habitat alamnya menjadi terbatas di pulau Sumatera dan Semenanjung Malaysia saja, Sedangkan di Kalimantan dalam beberapa tahun belakangan tidak pernah dijumpai lagi. Jumlah populasi rhino sumatera di kawasan hutan habitat alaminya diperkirakan kurang dari 200 (dua ratus) ekor, dan sebagian besar berada di Sumatera. Di Indonesia penyebaran rhino pada habitat alamnya terdapat dalam kawasan hutan TN Gunung Leuser (Provinsi Nangru Aceh Darusallam), TN Kerinci Seblat (Provinsi Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu dan Sumatera Selatan), TN Bukit Barisan Selatan (Provinsi Bengkulu) dan TN Way Kambas (Provinsi Lampung).
Populasi adalah suatu kelompok suatu jenis satwa yang hidup pada wilayah tempat hidup tertentu, misalnya Populasi Harimau Sumatera di kawasan hutan TN Bukit Barisan Selatan-Sumatera.
Berdasarkan Analisa Viabilitas Populasi dan Habitat (PHVA) Badak Sumatera tahun 1993, populasi badak Sumatera di Sumatra berkisar antara 215 -319 ekor atau turun sekitar 50% dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Sebelumnya populasi badak Sumatera di pulau Sumatera berkisar antar 400-700 ekor. Sebagian besar terdapat di wilayah Gunung Kerinci Seblat (250-500 ekor), Gunung Leuser (130-250 ekor) dan Bukit Barisan Selatan (25-60 ekor). Sebagian yang lainnya tidak diketahui jumlahnya terdapat di wilayah Gunung Patah, Gunung Abong-Abong, Lesten-Lokop, Torgamba dan Berbak.
Di Kalimantan satu kelompok populasi tersebar di wilayah Serawak, Sabah dan wilayah tengah Kalimantan. Di Malaysia jumlah populasi badak Sumatera diperkirakan berkisar antara 67-109 ekor. Menurut IUCN/SSC - African and Asian Rhino Specialist Group Maret 2001, jumlah populasi badak Sumatera berkisar kurang lebih 300 ekor dan tersebar di Sumatra dan Borneo yaitu Malaya/Sumatra Sumatran Rhino ~ 250 ekor dan Borneo Sumatran Rhino ~ 50 ekor.
Taksiran jumlah populasi badak Sumatera menurut Program Konservasi Badak Indonesia tahun 2001 di wilayah kerja RPU adalah sebagai berikut: TNKS 5 - 7 ekor dengan kerapatan (density) 2500 - 3500 ha per ekor badak, TNBBS 60 - 85 dengan kerapatan 850 - 1200 ha per ekor badak, TNWK 30 - 40 ekor dengan kerapatan 700 - 1000 ha per ekor badak. Observasi Lapangan tahun 1997 s/d 2004, RPU - PKBI memperkirakan jumlah populasi badak Sumatera di TNBBS berkisar antara 60 - 85 ekor. Sementara di TNWK berkisar antara 15 - 25 ekor.
Data RPU Yayasan Leuser tahun 2004 (dalam Outline Strategi Konservasi Badak Indonesia 2005) menunjukkan jumlah populasi badak Sumatera di lokasi survey RPU berkisar antara 60 - 80 ekor.
Berbeda dengan badak jawa, badak ini ada yang hidup dalam habitat buatan (eksitu) atau disebut juga penangkaran. Sepuluh lokasi penangkaran badak sumatera yang terdapat di dalam dan luar negeri, yaitu 3 (tiga) lokasi di Indonesia, 1 (satu) lokasi di Inggris, 3 (tiga) lokasi di Malaysia dan 3 (tiga) lokasi di Amerika Serikat. Berdasarkan catatan yang bersumber dari Taman Safari Indonesia tahun 1994, dari 39 (tiga puluh sembilan) rhino yang hidup dalam 10 (sepuluh) lokasi penangkaran sekarang tinggal 23 (dua puluh tiga) ekor saja dengan rincian dapat dilihat dalam tabel 1 dibawah. Sedangkan menurut catatan terakhir data yang dikeluarkan oleh Sumatran Rhino Sanctuary (SRS) sekarang hanya ada 14 (empat belas) ekor saja. Kematian yang tinggi di luar habitat alaminya ini disebabkan sifat rhino sumatera yang sangat peka terhadap perubahan situasi dan kondisi tempat hidupnya (dalam hal ini stress berat dan sulit mencari atau mengganti jenis pakannya).
Namun ada harapan dan kabar yang cukup menggembirakan diperoleh dari sepasang Badak Sumatera yang hidup di penangkaran Kebun Binatang Cincinnati Amerika Serikat, yaitu dari pasangan jantan bernama Ipuh dan betina bernama Andalas telah menghasilkan seekor bayi badak yang diberi nama Emi.





D.                DAFTAR PUSTAKA
-                    Rafandi, F. 2007. Negri Badak Sebuah Prosa lirik. Jakarta : Transmedia
-                    Supriatna, Jatna. 2008. Melestarikan Alam Indonesia. Jakarta : IKAPI DKI
-                    http://id.wikipedia.org/wiki/Badak_sumatera




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar