Sabtu, 23 Maret 2013

“KERA HITAM (Macaca nigra)”



       I.            Deskripsi Kera Hitam (Macaca nigra)

Kera hitam merupakan salah satu hewan endemik yang ada di Indonesia. Kera hitam berasal dari  daerah Sulawesi Utara, dan merupakan primata yang mulai langka karena terancam kepunahan. Genus Macaca merupakan salah satu primate yang mempunyai penyebaran sangat luas. Di dunia ada sekitar 20 jenis yang tersebar mulai dari gurun pasir di Afrika, hutan tropic di Asia, hingga pegunungan salju di Jepang. Kera hitam Sulawesi dalam bahasa latin adalah Macaca nigra.
Kera hitam Sulawesi ini oleh masyarakat setempat disebut Yaki. Yaki termasuk diantara monyet Sulawesi terbesar. Berat badan Yaki betina kira- kira 7 kg, sementara Yaki jantan dapat mencapai 11 kg. Pada moncongnya panjang tampak mencolok karena tulang pipi menonjol yang pada pejantan dewasa merupakan tempat dudukan gigi taring berbentuk bagus yang sering diperlihatkan sebagai pameran senjata. Rambut tubuhnya yang hitam mengkilap dihiasi warna kontras oleh bantalan kulit berwarna merah muda pada pantatnya. Tetapi bagian yang mencolok pada penampilannya adalah potongan rambut kepalanya. Makakus hitam berjambul seperti namanya, memiliki jambul panjang dikepalanya.
Yaki hidup dari memakan tumbuhan, sebagian besar makanannya terdiri dari buah- buahan, bunga serangga dan telur. Yaki dapat mendapatkan makanannya dimanapun baik di dalam hutan atau dilahan pertanian disekitar tempat Yaki itu hidup. Yaki hanya ditemukan di Indonesia pada sebagian besar pulau Sulawesi. Pulau ini terletak di utara garis katulistiwa. Daerah Biografinya Yaki yaitu daerah oriental (kediaman asli). Kebanyakan Yaki ditemukan di dalam daerah yang dilindungi (kawasan lindung) di timur laut Sulawesi (Pulau Bacan).
Yaki dapat kita jumpai juga pada hutan primer atau sekunder dataran rendah (pesisir) hingga dataran tinggi hingga 2000 mdpl. Mereka sering turun keperkebunan penduduk  untuk mencari makan dan dapat merusak panen, sehingga sering dianggap sebagai hama tanaman. Yaki lebih menyukai daerah hutan  primer dan sekunder, karena cocok sebagai tempat tidur  dan mencari makan.
Yaki (Macaca nigra) merupakan hewan yang dilindungi oleh pemerintah RI, dengan SK Menteri Pertanian 29 Januari 1970 No.421/kpts/um/8/1970, SK Menteri Kehutanan 10 Juni 1991 No.301/Kpts-II/1991 dan  Undang- Undang No.5 1990.  Bahkan dimasukkan oleh IUCN Readlist digolongkan dalam status konservasi Critically Endangered (krisis). Dan dicantumkan dalam Apendix II CITES. Yaki dalam kehidupannya menganut system menurut garis matrilineal. Kekuasaan di dalam kelompok ini terjadi karena yaki menyadari Yaki betina lebih dominan daripada Yaki jantan.

    II.            Identifikasi
·            Morfologi

·         Ciri- ciri umum
v  Tubuh
Ø    Panjang tubuhnya 445- 600 mm
Ø    panjang ekornya 20 m
Ø    Berat tubuh Yaki betina kira- kira 7 kg
Ø    Berat tubuh Yaki jantan dapat mencapai 11 kg
Ø    Memiliki moncong yang panjangnya tampak mencolok karena tulang pipi menonjol
Ø    Moncong pejantan dewasa merupakan tempat dudukan gigi taring yang berbentuk sangat bagus yang sering diperlihatkan sebagai pameran senjata
Ø    Memiliki rambut yang menutupi seluruh tubuh berwarna hitam kelam
Ø    Warna tubuh betina dan monyet muda sedikit pucat, bila dibandingkan dengan jantan dewasa
Ø    Bantalan tunggingnya berbentuk seperti “ginjal” dan berwarna kuning.
Ø    Wajahnya juga berwarna hitam dan tidak  ditimbuhi rambut
Ø    Perbedaan antara kera betina dan kera jantan terletak pada bagian velvik (selangkangan)
Ø    Pada bagian pelvik betina berwarna putih pucat sedangkan pada  jantan berwarna hitam
Ø    Pada anak yang baru lahir memiliki rambut badan berwarna jingga dan pada bagian wajah , tangan, daan kaki berwarna putih yang berangsur- angsur berubah menjadi hitam

·         Ciri- ciri khusus
Rambut kepalanya yang seperti mahkota atau jambul



 III.            Determinasi
·         Penyebaran dan Status

a.       Penyebaran
Penyebaran Yaki (monyet hitam Sulawesi) mulai dari Cagar Alam Tangkoko Batuangus di bagian utara hingga ke Sungai Onggak Dumoga, yang berbatasan dengan penyebaran Macaca nigrescens. Di Sulawesi Utara sendiri dapat dijumpai di Cagar Alam Dua Saudara, Pulau Bacan, Manembo Nembo, Kotamubagu dan Modayak. Monyet ini telah diintroduksi di Pulau Bacan Maluku sehingga populasinya mencapai ratusan ribu ekor, lebih banyak dibandingkan dengan populasi aslinya. Tangkoko merupakan salah satu kubu pertahanan terakhir bagi populasi Yaki yang terus menyusut di Sulawesi Utara.
            Di sana terdapat kira- kira 3000 ekor yang tepat berada di dalam cagar alam. Populasi di Tangkoko telah menglami penurunan 75% sejak tahun 1979 sebab diakibatkan perburuan dan perusakan habitat.
            Yaki hanya ditemukan di Indonesia pada sebagian besar pulau Sulawesi Utara garis katulistiwa. Daerah Biogeografinya Yaki yaitu daerah oriental (kediaman asli). Kebanyakan yaki ditemukan di dalam daerah yang dilindungi (kawasan lindung) di timur luat Sulawesi (Pulau bacan). Whitten (1987) menyatakan bahwa hanya satu diantara empat jenis monyet yang tampaknya serupa di Sulawesi, yaitu Macaca nigra. Selain itu, rata- rata besar kelompok Macaca nigra sebesar 30 ekor per kelompok dan kerapatannya 300 ekor/Km2 (di daerah Tangkoko- Batuangus). Menurut MacKinnon (1983) dalam Whitten (1987) menyatakan bahwa sisa habitat Macaca nigra sekitar 400 Ha, taksiran jumlah populasi sebesar 144.000 ekor, populasi yang dilindungi dalam Cagar Alam sebanyak 82.500 ekor dan total populasi yang berada di Cagar Alam sebesar 57%.

b.      Status

Yaki (Macaca nigra) merupakan hewan yang dilindungi oleh pemerintah RI, dengan SK Menteri Pertanian 29 Januari 1970 No.421/kpts/um/8/1970, SK Menteri Kehutanan 10 Juni 1991 No.301/Kpts-II/1991 dan  Undang- Undang No.5 1990.  Bahkan dimasukkan oleh IUCN Readlist digolongkan dalam status konservasi Critically Endangered (krisis). Dan dicantumkan dalam Apendix II CITES.
Tempat kediaman Yaki secara konstan menyusut pada pulau Sulawesi karena terjadi peningkatan aktivitas manusia yang meliputi penanaman, pembukaan lahan hutan, dan penangkapan dan pembunuhan Yaki. Di pulau dimana Yaki ditemukan, yaitu sebagian besar Pulau Bacan dimana jumlah aktivitas manusia belum mempengaruhi populasi Yaki secara langsung.

·         Habitat dan Perilaku

a)      Tipe Habitat
Yaki (monyet hitam Sulawesi) dapat dijumpai pada hutan primer atau sekunder dataran rendah (pesisir) hingga dataran tinggi hingga 2000 mdpl. Mereka sering turun di perkebunan penduduk untuk mencari makan dan dapat merusak penen, sehingga sering dianggap sebagai hama tanaman. Yaki lebih menyukai daerah dianntara hutan primer dan sekunder, karena cocok sebagai tempat tidur dan mencari makan tumbuhan yang kaya.

b)      Habitat dan Perilaku makan
Sama seperti dengan jenis monyet lain, Yaki memakan berbagai bagian tumbuhan mulai dari daun, pucuk daun, bunga, biji, buah- buahan, umbi, serta beberapa jenis serangga, moluska dan invertebrate kecil. Terdapat lebih dari 145 jenis buah yang dimakan Yaki. Di Cagar Alam Tangkoko Batuangus, sekelompok Yaki sering ditemukan di tepi laut untuk  mencari moluska sebagai salah satu sumber pakannya.
Pada kawanan Yaki menghabiskan hamper seluruh waktunya untuk berkeliaran mencari buah- buahan yang merupakn 70% menu makanannya. Untuk memenuhi kebutuhan proteinnya Yaki memakan serangga. Yaki menyimpan makanannya di dalam katung khusus dipipinya, selagi berjalan binatang ini kadang mengeluarkan simpanan makanandari kantungnya lalu mengunyah- ngunyah dan mnelan daging buah serta membuang bijinya. Dengan cara itulah binatang itu menyebar biji buah- buahan dilantai hutan dan sangat berjasa dalam regenerasi hutan. Yaki hidup dari memakan tumbuhan, sebagian besar makanannya terdiri dari buah- buahan, bunga, serangga, dan telur. Yaki mendapatkan makanan di manapun baik di dalam hutan atau di lahan pertanian disekitar tempat Yaki hidup.

c)      Habitat dan Perilaku Berbiak

Untuk pemimpim di kelompok jenis ini biasanya berambut tebal dan memiliki taring yang panjang dan merekalah yang mendapatkan kesempatan pertama mengawini kera betina yang sedang birahi. Apabila kera betina ini bertemu dengan kera jantan yang berkuasa mereka akan melakukan perkawinan dan dapat berlangsung beberapa jam atau beberapa hari. Pada pasangan ini akan melakukan kegiatan bersama- sama, yaitu makan, tidur, mencari kutu. Jantan akan mencari kutu pada kera betina ketika si betina sedang birahi. Jika masa birahi ini  berakhir atau sudah lewat maka pada kera betina akan mencari kutu jantannya. Selama masa perkawinan berlangsung maka jantan akan mengawini betina beberapa kali. Baru yang keempat atau kelima kalinya terjadi ejakulasi selama 10- 15 gerakan.
Tanda-tanda kera betina birahi, yaitu kulit kelaminnya akan berwarna kemerah- merahan, terjadi pembengkakan yang berbentuk bantalan pada vulva dan pangka ekor. Jika kera jantan dan kera betina telah melakukan perkawinan dan terjadi pembuahan, kera betina akan mengandung, umur kandungannya selama 165- 180 hari. Berdasarkan perkawinan tersebut anak- anak kera sepenuhnya dipelihara oleh induk betina. Yaki betina biasanya melahirkan anak dengan selang waktu 18 bulan dan kelahiran anak tidak mengenal musim sepanjang tahun.

d)     Habitat dan Perilaku Sosial
Perilaku social Yaki sangat terorganisir dan kompleks. Pejantan membentuk hirarki kekuasaan seperti “patuk- mematuk” pada ayam. Untuk pejantan besar dan paling kuat memegang prioritas salam mendapatkan makanan dan jodoh. Betina dewasa menanggung sebagian besar tugas membesarkan anak, sehingga pejantan- pejantan sempat membersihkan segala dari rambut tubuh mereka dan kaum betina memperkuat ikatan social dengan anggota lainnya. Kaum remaja melewatkan waktu dengan berjumpaliatan dengan kejar- kejaran atau bergumul dengan sebayanya. Meringis lebar- lebar adalah senyuman mengajak bermain- main bukan menantang berkelahi.
Di alam, Yaki mempunyai kelompok besar yaitu antara 20- 70 ekor. Pada tiap kelompok terdiri banyak jantan atu sering disebut multimate/ multifemale. Perbandingan antara jantan dan betina dalam kelompok 1: 3, 4. Masa kehamilan monyet hitam ini berkisar antara 170- 190 hari, jarak kelahiran sekitar 24 bulan dan dapat bertahan hidup hingga 26 tahun. Selain itu, Yaki hidup dalam kelompok 30- 100 ekor. Kawasan ini terpusat pada kaum betina yang berkuasa, dengan jumlah yang secara kasar 4 kali jumlah pejantan.
Yaki seperti Macaca lainnya, suka bepergian dan tinggal berkelompok. Bagi Yaki betina cenderung untuk menetap di rumah mereka (tetap dengan satu kelompok yang sama) selama hidup mereka, sedangkan Yaki jantan berpindah dari satu kelompok ke kelompok lain. Hal ini disebabkan karena Yaki betina adalah anggota permanen, kekuasaaan dalam suatu kelompok tertentu ditentukan oleh garis matrilines. Kekuasaan di dalam suatu kelompok ini terjadi karena Yaki menyadari Yaki betina lebih dominan daripada Yaki jantan.

e)      Aktifitas atau Perilaku Khas
Yaki hidupnya semiarboreal dan terrestrial, meskipun lebih dominan hidup di pohon (arboreal) dan sering menggunakan dahan pohon untuk melakukan penjelajahan. Umumnya pergerakan di tanah dan pada percabangan pohon, dilakukan secara  “quadropedal”. Tapi cara bergerak Yaki sangat bervariasi, biasa menggunakan kedua kakinya (bipedal), menggantung (brankiasi), ataupun memanjat.
Daerah jelajahnya berkisar antara 114-320 Ha, dan jelajah hariannya dapat mencapai 5 km. Yaki aktif  pada siang hari (diurnal), dan sore hari menjelang tidur, mereka memilih tumbuhan rimbun. Tifur pada percabangan pohon dan secara berkelompok.
Suara Macaca nigra berbeda dengan monyet Sulawesi lainnya. Suara terdengar seperti : “KoKoKoKo”. Seperti pada primate pada umumnya, suara berfungsi sebagai tanda bahaya atau petunjuk kekuatan kepada anggota kelompok lainnya.

f)       Nilai Ekologi, Ekonomi, dan Sosial Budaya
·         Nilai Ekologi
Nilai ekologinya, yaitu Yaki menyimpan makanannya dalam kantung khusus dipipinya, selagi berjalan bintang ini kadang mengeluarkan simpanan makanan dari kantungnya lalu mengunyah- ngunyah dan menelan daging buah serta membuang bijinya. Dengan cara ini bintang ini menyebar biji buah- buahan dilantai hutan dan sangat berjasa dalam regenerasi hutan.

·         Nilai Ekonomi
Nilai ekonomi Yaki dapat dilihat dari sisi negative, yaitu yaki mengahancurkan tanaman panenan petani local atau sekitar dengan merusak lahan untuk mendapatkan makanan.
Sedangakan dilihat dari segi positif, yaitu Yaki sekarang ini digunakan untuk makanan dan memiliki nilai jual di Indonesia. Kadang- kadna Yaki terjerat dan diambil untuk dijadikan binatang ksayangan oleh masyarakat. Bagaimanapun, manusia boleh memanfaatkannya dengan pemeliharaan populasi yang tetap utuh dibandingkan mengeksploitasi mereka.

·         Nilai Sosial dan Budaya
Dalam kehidupannya Yaki menganut system menurut garis matrilineal. Kekuasaan di dalam kelompok ini terjadi karena Yaki menyadari betina lebih dominan daripada Yaki jantan.

·         Upaya Pelestarian
Yaki (Macaca nigra) dilindungi oleh pemerintah RI, dengan SK Meteri Petanian 29 Januari 1970 No.421/Kpts/um/8/1970, SK Menteri Kehutanan 10 Juni 1991 No./301/Kpts-II/1991 dan Undang- Undang No.5 1990.
Dengan adanya Cagar Alam, hal ini merupakan suatu hal yang bisa dijadikan sebagai upaya pelestarian, misalnya Cagar Alam Tangkoko Batuangus, Cagar Alam Dua Saudara, Pulau Bacan, Manembo Nembo, Kotamubagu, dan Modayak.

·         Pengembangan Kegiatan Pelestarian
Dalam pengembangan kelestarian dengan mengembalikan jumlah populasinya kembalinormal dengan mengurangi kerusakan habitat serta perbaikan habitat yang telah rusak tersebut agar Yaki bisa hidup kembali di tempat asalnya.
Selain itu usaha penangkaran juga dapat digunakan, Yaki hasil penangkaran bisa dijual dan menghasilkan pemasukanbagi daerah Sulawesi khususnya, yang nantinya pemasukan tersebut digunakan untuk memperbaiki habitat Yaki. Tapi dengan syarat yang diperjualbelikan Yaki hasil penangkaran bukan Yaki dengan genetic asli.


 IV.            Klasifikasi

Kingdom         : Animalia
Phylum            : Chordata
Subphylum      : Vertebrata
Class                : Mammalia
Orderse           : Primates
Family             : Cercopithecidae
Subfamily        : Cercopithecinae
Genus              : Macaca
Species            : Macaca nigra

Genus Macaca merupakan salah satu dari primate yang mempunyai penyebaran yang sangat luas. Penyebarannya di dunia ada sekitar 20 jenis yang tersebar mulai dari gurun Afrika, hutan tropic di Asia hingga pegunungan salju di jepang.

Masuk dalam klas Mamalia karena memiliki ciri- ciri khusus, yaitu:
Ø  Tubuh biasanya diliputi bulu atau rambut yang lepas secara periodic.
Ø  Kulit banyak mengandung kelenjar, yaitu kelenjar sebacius, keringat, bau, dan susu.
Ø  Cranium (tulang tempurung kelapa)  memiliki 2 occipitale condyle certebrae biasanya pada leher terdiri atas 7 ruas, ekor biasanya panjang dan dapat digerakkan
Ø  Ragio nasalis (bagian dari hidung) umumnya silindris.
Ø  Memiliki empat anggota atau kaki (kecuali anjing laut dan singa laut tidak memiliki kaki belakang.
Ø  Cor (jantung) sempurna terdiri dari 4 ruang
Ø  Pernafasan dengan paru- paru (pulmo)
Ø  Memiliki vesica urinaria, hasil ekskresi berupa cairan urine
Ø  Memiliki 12 nervi cranialis
Ø  Suhu tubuh tetap (homoiterm)
Ø  Pada hewan jantan memiliki alat kopulasi berupa penis, testis, umumnya terdapat dalam scrotum yang terletak di luar badomen.


DAFTAR PUSTAKA

Jasin, Maskuri. 1989. Sistematk Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya: Sinar Wijaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar